Showing posts with label Sekeping hati bercerita cinta. Show all posts
Showing posts with label Sekeping hati bercerita cinta. Show all posts

September 30, 2015

I am a lady like that.



I don’t leave any traces behind.
When I start seeing someone new, it means that I’ve completely got rid of all traces from the past. But, it does not mean that I am still tightening up to the past if I have not seen someone new yet.



Yes, I am a lady like that.

September 18, 2013

Sebuah tulisan.



Dalam sebuah tulisan, ada hal yang terkadang memang sengaja dibiarkan tak terjamah oleh pembaca. Ya, tersembunyi, bukan dipalsukan. Hal-hal yang cukup menjadi konsumsi pihak terkait; si penulis dan si yang di tulis. Tujuannya sederhana, yakni untuk menjaga si penulis, menjaga si yang ditulis, atau bahkan untuk menjaga keduanya. Tentu saja, yang paling tahu tentang tulisan itu sendiri adalah si penulis dan si yang ditulis. Pembaca hanya akan menangkap sebatas apa yang disuguhkan dari barisan kata tersebut, hanya membaca, tidak akan pernah benar-benar merasakannya. Pembaca hanya tahu sebatas apa yang diberi tahu, hanya bisa mencoba untuk mengerti, karena bukan mereka yang berperan dalam tulisan tersebut. Ya, begitulah sebuah tulisan ditulis.

August 21, 2012

[ FF Project ] " Fourteen Circumstances / 열네 상황 "



Mengungkap sisi kehidupan asmara remaja yang ringan, namun menyentuh hingga dasar kalbu dengan kesederhanaan yang tulus, dan begitu lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bercerita tentang masalah ‘hati yang sumbing’, ‘krisis kepercayaan’, ‘kegamangan dan kesungguhan’, ‘cinta yang apa adanya’, serta turut ditaburkan sedikit bumbu-bumbu metamorfosa seorang remaja menuju fase dewasa.

Tertarik? Silahkan menikmati, meninggalkan komentar, serta vote. Terimakasih atas kebersediannya. :) 


[ FF Project ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동 "



Bercerita tentang seorang pasien gagal jantung yang terjebak cinta segitiga dengan puteri dokter spesialis yang menanganinya sejak kecil dan gadis anak pengurus kantin Rumah Sakit tempat si pasien di rawat selama bertahun-tahun silam. Sebuah kisah tentang makna kehidupan, kekuatan takdir, keberanian untuk tetap yakin pada sesuatu yang walau mendekati persentasi kecil untuk menjadi nyata, kebulatan tekad, kerja keras dan semangat pantang menyerah, serta tulusnya sebuah kesetian. Dikemas dengan balutan diksi yang cukup berat namun sarat dengan deretan kata yang sanggup menggetarkan kalbu, dengan menyelami alur, hingga menemukan sebentuk kepuasaan akan sebuah karya sastra, semoga.

Anda tertarik? Silahkan membaca, serta mohon tinggalkan jejak berupa komentar dan vote. Terimakasih atas partisipasi Anda. :)


[ FF Project ] " Wedding Dress / 신부 의상 "



Bagaimana rasanya mencintai seorang gadis yang lebih tua? Bagaimana rasanya ketika mendapati fakta bahwa sang pujaan hati telah menitipkan hatinya pada pria lain yang notabene adalah jauh dan jauh lebihnya dari diri sendiri? Bagaimana rasanya dikalahkan oleh perasaan cinta yang tulus namun tersia-siakan? Bagaimana rasanya terpaksa melepas ‘harta karun’ yang diidam-idamkan semua orang? Bagaimana rasanya berbalik jatuh hati pada hal yang awalnya amat di benci? Serta bagaimana-bagaimana hal lain yang akan Anda pungut selama berselancar menikmati kisah ini. Ah, bagai punduk merindukan bulan, bagai sang pelayan yang mengharap cinta kasih sang puteri kerajaan, bak si buruk rupa yang menabung asa dicintai si nona cantik, ah mirisnya.

Tertari kah Anda? Jika jawabannya YA, maka silahkan mencicipi suguhan karya sastra yang satu ini. Serta mohon tinggalkan jejak berupa komentar dan vote. Terimakasih. :)


[ FF Project ] " One Year Later / 일년 후 "



Sebuah polemik asmara yang ‘sederhana namun rumit’ antara dua orang manusia yang terikat sebuah ‘benang merah’ yang tak jua tersimpul dengan rapi, bahkan sebaliknya, seiring dengan bergulirnya sang waktu, benang merah justru kian kusut. Ketika yang satu hendak melepaskan ikatan tersebut, disaat bersamaan yang satu lagi tak sanggup lepas dan juga tak mampu untuk menahan. Tarik-ulur yang membuat dada sesak, bebas tapi terbelenggu, dan faktanya ‘benang merah’ pun masih tetap mengikat kedua pelaku, semakin erat, tak terlepas.

Anda tertarik? Silahkan mengikuti alur yang dikemas secara apik menggunakan deretan kata berdiksi berat yang sukses mengaduk-aduk emosi Anda. Selamat menikmati. :)

February 20, 2012

:: [LIMA] " Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam "



Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam.

La la la la la la ~

Lama tak jumpa, kamu yang disana, apa kabar nya, sedang apa dan dimana, bersama siapa, sendiri saja, atau bersama mereka, ingin sekali rasanya kembali bersua, terkenang saat berbagi canda, tawa, bahkan airmata, ketika perpisahan itu tiba, sungguh tak terkira, betapa hati begitu lantang menyeru sebuah nama, nama yang nyaris tak ada berita, hingga detik terakhir di jam dinding merah muda, hati yang nyinyir bertanya, pertanyaan yang itu-itu saja, semua tentang kamu yang tak jua datang dan bawa rasa, rasa yang diharap kan damaikan gemuruh di jiwa, merana, menanti kamu kembali dan segera ungkapkan suka, atau bahkan telah berevolusi mnejadi sekeping cinta, untuk kita, berdua, bersama, selamanya, hingga hanya maut yang akan menjadi pemisah cinta kita, ah, sepertinya ini terlalu melenceng jauh dari logika, ini gila, tipis kemungkinan kan jadi nyata, tak hanya jadi bait senandung semata, senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam, takut hanya sebuah nostalgia tentang kita, ketika SMA.


:: [EMPAT] " Sederet kata dalam depotong senja "



Si sepotong senja malang, sederet kata tak tertuang.

Dan, kamu yang hilang.

Seperti senja, tidak gelap, tidak juga terang, dia remang. Melintang diapit siang dan malam yang kan segera datang bertandang, menyapa hati yang berdesir menyeru sebuah nama yang tak kunjung pulang. Menanti dan terus menanti sesuatu yang bahkan samasekali tak lagi layak diharap kan datang, membuat hati kian tak tenang, tak lapang, begitu kering kerontang. Ini lah dia, si sepotong senja malang, dengan sederet kata tak tertuang, kepada kamu yang hilang. 



:: [TIGA] " Sekeping asa diapit siang dan sore"



Terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.

Momen disela saing dan sore yang tak lama, cukup singkat walau sekedar merajut asa, terhadap kamu yang telah lebih dari sahabat semata, terhadap kamu yang disana, yang tak jua sadari tumbuhnya sebuah rasa, antara kita, berdua, sebuah rasa yang tak biasa,  mungkin memang belum fase nya menjelma atau bertmetamorfosa, menjadi lebih dari sekedar suka, belum lah menyentuh tahap berlabel cinta, tapi ini nyata, bukan rekayasa, bukan halusinasi semata, bukan bualan para pendusta, bukan pula celoteh ria, rasa itu ada, walau tak bisa diraba, tak bisa ditatap mata, tak bisa ditangkap dengar telinga, tapi itu jelas terasa, biar hati yang bicara, kepada kamu yang disana, sebuah rasa yang terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.


:: [DUA] " Sebongkah Lara di Pagi Kelabu. "



Lara dan pagi kelabu.

Semilir angin menderu, di sebuah lokal lantai 4 gedung ungu, mengambil tempat di pojok kanan depan pintu, menanti dosen yang minta ditunggu, menatap jauh ke luar jendela sembari bertopang dagu,  membisu, menghela napas dengan lesu, mata terpaku pada langit kelabu, merasuk rindu dalam kalbu, seruan sendu kepada kamu, kamu di masa lalu, ketika masih saling bertemu, terkenang akan mimik wajahmu, getar vokalmu, jemari yang lincah denga guratan guratan artistik bermutu, di sketsa biru itu, mungkin kah itu dilukis untuk dihadiahkan kepada si penunggu kamu, atau orang itu, yang sama sekali tak menunggu hadirmu, ah, ini kah sebongkah lara dan pagi kelabu, yang menyatu menjadi satu, menghasut rindu, menjadi kian menggebu, bergemuruh sendu dalam kalbu.


:: [SATU] " Di selembar fajar berembun. "



Di selembar fajar berembun.

Terjaga ketika adzan berkumandang di Mushalla Nurul Fajri, berdiri, menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah yang tahu diri, waktu pun bergulir tiada henti, kini sedang mengukir sebuah simbol hati, inisial nama milik seseorang yang pergi, dan lambang tak berhingga berkali-kali, kebiasaan jika tengah gundah dan tak cukup berani, ungkapkan sebuah arti, yang melompat-lompat gusar dalam nurani, lalu jemari hanya mampu menari, dikaca jendela kamar yang berembun ini, dikala pagi belum menyapa jiwa yang masih sepi, bahkan kadang merasa tak berarti, tanpa kamu disini, tak temani dia yang tak bisa jika tak terus menanti, dan faktanya dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.


February 18, 2012

:: FEBRUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




ekspresi bang raditya DAMN emang selalu absurd kali yaa. -__________-

FEBRUARI
Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Rabu, 01 Februari 2012.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, penuh ampas. Seperti jatuh cinta tapi tak dianggap.

  

:: JANUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




jenis ekspresi macem apaan ini, bang? -______________-

JANUARI Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Minggu, 15 Januari 2012.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum. 
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti kenangan lama yg tak sengaja mampir.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yg terlalu cepat selesai.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Nikmatnya.. :)


February 10, 2012

:: " Bunga favorit saya, WHITE DAISY. (⌒˛⌒ ) "


Ffiiuuuiuhhhh ~

*rebahan di kasur, liat ke luar jendela, ceraaaahhhh


Postingan kali ini, gue mau bahas fakta-fakta tentang gue lagi. Kali ini tentang " BUNGA ( FLOWER ) ". Jujur ye, gue ga suka sama bunga, benci engga, tapi ya biasa ajaa gitu. Mungkin brhubung nyokap demen bgt sama bunga, halaman depan rumah udah pada penuh dengan beraneka ragam bunga koleksi nyokap yg dibeli dari sana dari sini, dikasi si ini si itu, dan bla bla bla.



Lah gu? Ga ada minat seujung kukup un ngurus bunga, bedaaa ama nyokap. Tapi, karena mata udah keseringan liat bunga - bunga , dan untungnya nyokap ga salah kasi nama gue, fortunately gue ga dikasi nama Bunga. wah, kalo iya, beuh, fitnah banget nama gue. kagak ada sifat bunga di diri gue yg identik dg cewe kemayu, kaya gitu. haha
Hm, oke, langsung aja.

December 19, 2011

:: [ Helai 6 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “




“ Sepucuk surat dari si bodoh “     
                
Helai terakhir – Si bodoh dan tulisan nya, serta balasan suratnya.


Satu pertanyaan yang mungkin mecuat di pikiran kalian, atas dasar apa si bodoh menulis ini? Apa tujuan terselubung yang tengah dirancang si bodoh dengan hanya bermodalkan otak bodohnya itu? Apa karena hanya ia bodoh? Yah, sepertinya itu bisa menjadi salah satu alasan. Sebodoh bodohnya si bodoh, ia masih tetap bodoh. Seberapa tekun pun ia berusaha, walau untuk sekedar sedikit lebih pintar, tetap saja, ia terjatuh, terduduk, tertunduk, dan tetap bodoh, tentunya.

Ia bahkan masih tak tahu mengapa ia tak merasa jera walau hanya sekali, di sepanjang perjalanan semu yang kian membodohkannya, menuju kamu yang masih dan semakin tak pasti, kamu yang disana, entah sendiri atau telah berdua, atau mungkin bersama.Ah, tak tahu, keluh si bodoh.

:: [ Helai 5 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “   
                  
Helai kelima – Si bodoh terjerat di dunia nyata, dia tidak sedang terperangkap dalam fatamorgana, ataupun tengah terjebak diantara dimensi keduanya.


Sayang sekali, si bodoh bukan Sano Kotoko yang menyukai Irie Naoki di doramaItazura na Kiss, atau Yuan Xiang Qin yang menyukai Jiang Zhi Shu di drama seri Taiwan berjudul It Strated with A Kiss, atau bahkan seorang Oh Ha Ni yang mennyukai Baek Seung Jo di drama Korea yang sepertinya kamu juga suka, judulnya Mischiveous Kiss. Sono Kotoko, Yuan Xiang Qin, dan Oh Ha Ni, mereka menjaga rasa suka itu selama 3 tahun. Uhm, apa kamu ingat? Ah, tidak. Kamu pasti tak akan ingat, kamu selalu tak mengingat apapun. Di salah satu pesan singkat mu, kamu pernah memanggil si bodoh dengan nama Oh Ha Ni si bodoh.

Lalu, apa kamu berpikir bahwa kamu adalah pengeran berkuda putihnya Oh Ha Ni? Apa kamu berpikir kamu adalah Baek Seung Jo? Ah, jangan kegeeran seperti itu. Kamu-dan-Baek Seung Jo, bagai langit-dan-bumi. Apa kamu memiliki IQ 200 seperti Baek Seung Jo? Tinggi 180 cm? Begitu cool? Latar belakang keluarga kaya raya? Ah, si bodoh tak tahu. Mungkin, hanya ada satu persaman, yang baiklah, sedikit bisa disama-samakan. Kalian,kamu dan Baek Seung Jo, sama-sama menyebalkan, karena teganya membuat seorang gadisdengan perasaan alamaih bernama suka, perasaan pertamanya menjadi super duper galau! Hanya itu, persamaan diantara kalian, tak lebih, cukup.

:: [ Helai 4 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “   
                  
Helai keempat – Si bodoh memungut sebongkah pergolakan bathin berlabel GALAU dalam perjalanan semu nya yang membodohkan.


Si bodoh merindukanmu, dia merindukanmu, merindukanmu. Itu yang di gumamkan si bodoh setiap hari. Rindu, rindu, rindu. Selalu sebuah kata itu yang digumakannya saat bangun dari tidur lelah nya hingga kembali terlelap dalam tubuh lelah nya pula. Lelah, itu benar sekali. Si bodoh mulai lelah, juga takut, karena ia masih sendiri, masih saja tak ada yang temani, sendiri, sepi, disini. Tapi, bolehkah ia merindumu?

Tak hanya tubuhnya yang dijangkiti rasa lelah, kamu tahu? Si bodoh tak kalah sibuk dari kamu, tapi, ada satu hal lain yang membuatnya tak ada kesempatan untuk beristirahat barang hanya sebentar saja, hal lain yang sayang nya tak kamu juga lakukan, kamu tahu apa itu? Uhm, seharusnya si bodoh tak mengajukan pertanyaan ini, oh bukan, seharusnya si bodoh tak perlu melontarkan pertanyaan demi pertanyaan bodoh yang terkesan aneh bagimu. Tapi, bolehkah ia merindumu?

:: [ Helai 3 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “ 
                    
Helai ketiga – Si bodoh seolah tengah melahap rakus 1 roti keju, 1 donat keju, dan 1 kue keju. Enak, walau memang asin, asin, dan asin. Tapi ia tetap menyantapnya lahap, karena ia suka keju.  
      

Si bodoh masih mengingat dengan amat jelas saat dia dan kamu terakhir berjumpa. Pada 4 Juli 2011, berseragam ptuih-abuabu, di sekolah. Waktu itu, ketika bersama, sekali lagi, bersama, bukan berdua. Kerja ‘part-time’, yah, kira-kira begitulah. Hm, si bodoh tentu tak dapat menceritakan semua secara amat gamblang di media ini. Tak seperti halnya jika si bodoh menceritakan kisahnya memakan beberapa buah roti keju kesukaannya, ia akan lebih leluasa dan bebas merangkai kata. Uhm, cukup lah hanya si bodoh dan kamu yang tahu. Ah, itupun jika kamu masih ingat.

Hari demi hari berlalu, kamu tahu? Ah, kamu pasti taktahu entah telah berapa hari tak saling jumpa sejak hari itu? Ah, tentu, itu wajar, bukan? Iya, wajar untukmu, dan wajar pula untuk si bodoh. Mengapa? Tentu saja, karena si bodoh dan kamu diresapi perasaan yang berbeda. Seperti roti keju dan roti cokelat, tidak sama, bukan? Tidak sama, itu berbeda. Beda.

:: [ Helai 2 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “


“ Sepucuk surat dari si bodoh “
                                                      
Helai kedua – Si bodoh terus memakan tomat merah yang sangat di benci nya, tomat merah yang entah mengapa tak cocok diperutnya, dan ternyata tak hanya kepala dan hatinya yang bodoh, perutnya pun bodoh. Tomat, bukan jeruk.


Sebagaimana hal nya ketika si bodoh memakan tomat merah yang ia benci bukan lantaran tomat itu telah menjahatinya, bukan karena telah berlaku kejam pada perutnya, namun, si bodoh yang lagi dan lagi kembali tak tahu, tomat itu tak cocok di dalam perutnya, mengaduk-aduk perutnya, hingga membuatnya nyeri. Mengapa ia bisa seperti itu? Hingga kini pun si bodoh masih tak tahu. Paman dokter hanya berkata, dengan sederhana, tomat itu tak cocok di perutmu, hentikan mengkomsumsinya jika itu terasa menggangu, bahkan menyiksa.

:: [ Helai 1 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “




“ Sepucuk surat dari si bodoh “ 
                    
Helai pertama – Si bodoh dan kebodohannya yang membodohi dia hingga kian bodoh karena ia terlalu bodoh untuk tidak tetap menjadi si bodoh.



Bodoh.

Terlalu bodoh dan lamban menyadari rasa itu menyelip sesak di hatinya. Entah sejak kapan dan mengapa, bahkan hingga kini pun ia tak tahu. Mengapa orang itu adalah kamu? Mengapa dan apa yang membuat nya menjadi seperti orang yang amat bodoh? Ah, dia tak tahu. Tentu, karena sejak awal dia memang bodoh, namanya si bodoh.

Showing posts with label Sekeping hati bercerita cinta. Show all posts
Showing posts with label Sekeping hati bercerita cinta. Show all posts

September 30, 2015

I am a lady like that.



I don’t leave any traces behind.
When I start seeing someone new, it means that I’ve completely got rid of all traces from the past. But, it does not mean that I am still tightening up to the past if I have not seen someone new yet.



Yes, I am a lady like that.

September 18, 2013

Sebuah tulisan.



Dalam sebuah tulisan, ada hal yang terkadang memang sengaja dibiarkan tak terjamah oleh pembaca. Ya, tersembunyi, bukan dipalsukan. Hal-hal yang cukup menjadi konsumsi pihak terkait; si penulis dan si yang di tulis. Tujuannya sederhana, yakni untuk menjaga si penulis, menjaga si yang ditulis, atau bahkan untuk menjaga keduanya. Tentu saja, yang paling tahu tentang tulisan itu sendiri adalah si penulis dan si yang ditulis. Pembaca hanya akan menangkap sebatas apa yang disuguhkan dari barisan kata tersebut, hanya membaca, tidak akan pernah benar-benar merasakannya. Pembaca hanya tahu sebatas apa yang diberi tahu, hanya bisa mencoba untuk mengerti, karena bukan mereka yang berperan dalam tulisan tersebut. Ya, begitulah sebuah tulisan ditulis.

August 21, 2012

[ FF Project ] " Fourteen Circumstances / 열네 상황 "



Mengungkap sisi kehidupan asmara remaja yang ringan, namun menyentuh hingga dasar kalbu dengan kesederhanaan yang tulus, dan begitu lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bercerita tentang masalah ‘hati yang sumbing’, ‘krisis kepercayaan’, ‘kegamangan dan kesungguhan’, ‘cinta yang apa adanya’, serta turut ditaburkan sedikit bumbu-bumbu metamorfosa seorang remaja menuju fase dewasa.

Tertarik? Silahkan menikmati, meninggalkan komentar, serta vote. Terimakasih atas kebersediannya. :) 


[ FF Project ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동 "



Bercerita tentang seorang pasien gagal jantung yang terjebak cinta segitiga dengan puteri dokter spesialis yang menanganinya sejak kecil dan gadis anak pengurus kantin Rumah Sakit tempat si pasien di rawat selama bertahun-tahun silam. Sebuah kisah tentang makna kehidupan, kekuatan takdir, keberanian untuk tetap yakin pada sesuatu yang walau mendekati persentasi kecil untuk menjadi nyata, kebulatan tekad, kerja keras dan semangat pantang menyerah, serta tulusnya sebuah kesetian. Dikemas dengan balutan diksi yang cukup berat namun sarat dengan deretan kata yang sanggup menggetarkan kalbu, dengan menyelami alur, hingga menemukan sebentuk kepuasaan akan sebuah karya sastra, semoga.

Anda tertarik? Silahkan membaca, serta mohon tinggalkan jejak berupa komentar dan vote. Terimakasih atas partisipasi Anda. :)


[ FF Project ] " Wedding Dress / 신부 의상 "



Bagaimana rasanya mencintai seorang gadis yang lebih tua? Bagaimana rasanya ketika mendapati fakta bahwa sang pujaan hati telah menitipkan hatinya pada pria lain yang notabene adalah jauh dan jauh lebihnya dari diri sendiri? Bagaimana rasanya dikalahkan oleh perasaan cinta yang tulus namun tersia-siakan? Bagaimana rasanya terpaksa melepas ‘harta karun’ yang diidam-idamkan semua orang? Bagaimana rasanya berbalik jatuh hati pada hal yang awalnya amat di benci? Serta bagaimana-bagaimana hal lain yang akan Anda pungut selama berselancar menikmati kisah ini. Ah, bagai punduk merindukan bulan, bagai sang pelayan yang mengharap cinta kasih sang puteri kerajaan, bak si buruk rupa yang menabung asa dicintai si nona cantik, ah mirisnya.

Tertari kah Anda? Jika jawabannya YA, maka silahkan mencicipi suguhan karya sastra yang satu ini. Serta mohon tinggalkan jejak berupa komentar dan vote. Terimakasih. :)


[ FF Project ] " One Year Later / 일년 후 "



Sebuah polemik asmara yang ‘sederhana namun rumit’ antara dua orang manusia yang terikat sebuah ‘benang merah’ yang tak jua tersimpul dengan rapi, bahkan sebaliknya, seiring dengan bergulirnya sang waktu, benang merah justru kian kusut. Ketika yang satu hendak melepaskan ikatan tersebut, disaat bersamaan yang satu lagi tak sanggup lepas dan juga tak mampu untuk menahan. Tarik-ulur yang membuat dada sesak, bebas tapi terbelenggu, dan faktanya ‘benang merah’ pun masih tetap mengikat kedua pelaku, semakin erat, tak terlepas.

Anda tertarik? Silahkan mengikuti alur yang dikemas secara apik menggunakan deretan kata berdiksi berat yang sukses mengaduk-aduk emosi Anda. Selamat menikmati. :)

February 20, 2012

:: [LIMA] " Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam "



Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam.

La la la la la la ~

Lama tak jumpa, kamu yang disana, apa kabar nya, sedang apa dan dimana, bersama siapa, sendiri saja, atau bersama mereka, ingin sekali rasanya kembali bersua, terkenang saat berbagi canda, tawa, bahkan airmata, ketika perpisahan itu tiba, sungguh tak terkira, betapa hati begitu lantang menyeru sebuah nama, nama yang nyaris tak ada berita, hingga detik terakhir di jam dinding merah muda, hati yang nyinyir bertanya, pertanyaan yang itu-itu saja, semua tentang kamu yang tak jua datang dan bawa rasa, rasa yang diharap kan damaikan gemuruh di jiwa, merana, menanti kamu kembali dan segera ungkapkan suka, atau bahkan telah berevolusi mnejadi sekeping cinta, untuk kita, berdua, bersama, selamanya, hingga hanya maut yang akan menjadi pemisah cinta kita, ah, sepertinya ini terlalu melenceng jauh dari logika, ini gila, tipis kemungkinan kan jadi nyata, tak hanya jadi bait senandung semata, senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam, takut hanya sebuah nostalgia tentang kita, ketika SMA.


:: [EMPAT] " Sederet kata dalam depotong senja "



Si sepotong senja malang, sederet kata tak tertuang.

Dan, kamu yang hilang.

Seperti senja, tidak gelap, tidak juga terang, dia remang. Melintang diapit siang dan malam yang kan segera datang bertandang, menyapa hati yang berdesir menyeru sebuah nama yang tak kunjung pulang. Menanti dan terus menanti sesuatu yang bahkan samasekali tak lagi layak diharap kan datang, membuat hati kian tak tenang, tak lapang, begitu kering kerontang. Ini lah dia, si sepotong senja malang, dengan sederet kata tak tertuang, kepada kamu yang hilang. 



:: [TIGA] " Sekeping asa diapit siang dan sore"



Terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.

Momen disela saing dan sore yang tak lama, cukup singkat walau sekedar merajut asa, terhadap kamu yang telah lebih dari sahabat semata, terhadap kamu yang disana, yang tak jua sadari tumbuhnya sebuah rasa, antara kita, berdua, sebuah rasa yang tak biasa,  mungkin memang belum fase nya menjelma atau bertmetamorfosa, menjadi lebih dari sekedar suka, belum lah menyentuh tahap berlabel cinta, tapi ini nyata, bukan rekayasa, bukan halusinasi semata, bukan bualan para pendusta, bukan pula celoteh ria, rasa itu ada, walau tak bisa diraba, tak bisa ditatap mata, tak bisa ditangkap dengar telinga, tapi itu jelas terasa, biar hati yang bicara, kepada kamu yang disana, sebuah rasa yang terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.


:: [DUA] " Sebongkah Lara di Pagi Kelabu. "



Lara dan pagi kelabu.

Semilir angin menderu, di sebuah lokal lantai 4 gedung ungu, mengambil tempat di pojok kanan depan pintu, menanti dosen yang minta ditunggu, menatap jauh ke luar jendela sembari bertopang dagu,  membisu, menghela napas dengan lesu, mata terpaku pada langit kelabu, merasuk rindu dalam kalbu, seruan sendu kepada kamu, kamu di masa lalu, ketika masih saling bertemu, terkenang akan mimik wajahmu, getar vokalmu, jemari yang lincah denga guratan guratan artistik bermutu, di sketsa biru itu, mungkin kah itu dilukis untuk dihadiahkan kepada si penunggu kamu, atau orang itu, yang sama sekali tak menunggu hadirmu, ah, ini kah sebongkah lara dan pagi kelabu, yang menyatu menjadi satu, menghasut rindu, menjadi kian menggebu, bergemuruh sendu dalam kalbu.


:: [SATU] " Di selembar fajar berembun. "



Di selembar fajar berembun.

Terjaga ketika adzan berkumandang di Mushalla Nurul Fajri, berdiri, menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah yang tahu diri, waktu pun bergulir tiada henti, kini sedang mengukir sebuah simbol hati, inisial nama milik seseorang yang pergi, dan lambang tak berhingga berkali-kali, kebiasaan jika tengah gundah dan tak cukup berani, ungkapkan sebuah arti, yang melompat-lompat gusar dalam nurani, lalu jemari hanya mampu menari, dikaca jendela kamar yang berembun ini, dikala pagi belum menyapa jiwa yang masih sepi, bahkan kadang merasa tak berarti, tanpa kamu disini, tak temani dia yang tak bisa jika tak terus menanti, dan faktanya dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.


February 18, 2012

:: FEBRUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




ekspresi bang raditya DAMN emang selalu absurd kali yaa. -__________-

FEBRUARI
Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Rabu, 01 Februari 2012.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, penuh ampas. Seperti jatuh cinta tapi tak dianggap.

  

:: JANUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




jenis ekspresi macem apaan ini, bang? -______________-

JANUARI Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Minggu, 15 Januari 2012.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum. 
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti kenangan lama yg tak sengaja mampir.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yg terlalu cepat selesai.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Nikmatnya.. :)


February 10, 2012

:: " Bunga favorit saya, WHITE DAISY. (⌒˛⌒ ) "


Ffiiuuuiuhhhh ~

*rebahan di kasur, liat ke luar jendela, ceraaaahhhh


Postingan kali ini, gue mau bahas fakta-fakta tentang gue lagi. Kali ini tentang " BUNGA ( FLOWER ) ". Jujur ye, gue ga suka sama bunga, benci engga, tapi ya biasa ajaa gitu. Mungkin brhubung nyokap demen bgt sama bunga, halaman depan rumah udah pada penuh dengan beraneka ragam bunga koleksi nyokap yg dibeli dari sana dari sini, dikasi si ini si itu, dan bla bla bla.



Lah gu? Ga ada minat seujung kukup un ngurus bunga, bedaaa ama nyokap. Tapi, karena mata udah keseringan liat bunga - bunga , dan untungnya nyokap ga salah kasi nama gue, fortunately gue ga dikasi nama Bunga. wah, kalo iya, beuh, fitnah banget nama gue. kagak ada sifat bunga di diri gue yg identik dg cewe kemayu, kaya gitu. haha
Hm, oke, langsung aja.

December 19, 2011

:: [ Helai 6 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “




“ Sepucuk surat dari si bodoh “     
                
Helai terakhir – Si bodoh dan tulisan nya, serta balasan suratnya.


Satu pertanyaan yang mungkin mecuat di pikiran kalian, atas dasar apa si bodoh menulis ini? Apa tujuan terselubung yang tengah dirancang si bodoh dengan hanya bermodalkan otak bodohnya itu? Apa karena hanya ia bodoh? Yah, sepertinya itu bisa menjadi salah satu alasan. Sebodoh bodohnya si bodoh, ia masih tetap bodoh. Seberapa tekun pun ia berusaha, walau untuk sekedar sedikit lebih pintar, tetap saja, ia terjatuh, terduduk, tertunduk, dan tetap bodoh, tentunya.

Ia bahkan masih tak tahu mengapa ia tak merasa jera walau hanya sekali, di sepanjang perjalanan semu yang kian membodohkannya, menuju kamu yang masih dan semakin tak pasti, kamu yang disana, entah sendiri atau telah berdua, atau mungkin bersama.Ah, tak tahu, keluh si bodoh.

:: [ Helai 5 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “   
                  
Helai kelima – Si bodoh terjerat di dunia nyata, dia tidak sedang terperangkap dalam fatamorgana, ataupun tengah terjebak diantara dimensi keduanya.


Sayang sekali, si bodoh bukan Sano Kotoko yang menyukai Irie Naoki di doramaItazura na Kiss, atau Yuan Xiang Qin yang menyukai Jiang Zhi Shu di drama seri Taiwan berjudul It Strated with A Kiss, atau bahkan seorang Oh Ha Ni yang mennyukai Baek Seung Jo di drama Korea yang sepertinya kamu juga suka, judulnya Mischiveous Kiss. Sono Kotoko, Yuan Xiang Qin, dan Oh Ha Ni, mereka menjaga rasa suka itu selama 3 tahun. Uhm, apa kamu ingat? Ah, tidak. Kamu pasti tak akan ingat, kamu selalu tak mengingat apapun. Di salah satu pesan singkat mu, kamu pernah memanggil si bodoh dengan nama Oh Ha Ni si bodoh.

Lalu, apa kamu berpikir bahwa kamu adalah pengeran berkuda putihnya Oh Ha Ni? Apa kamu berpikir kamu adalah Baek Seung Jo? Ah, jangan kegeeran seperti itu. Kamu-dan-Baek Seung Jo, bagai langit-dan-bumi. Apa kamu memiliki IQ 200 seperti Baek Seung Jo? Tinggi 180 cm? Begitu cool? Latar belakang keluarga kaya raya? Ah, si bodoh tak tahu. Mungkin, hanya ada satu persaman, yang baiklah, sedikit bisa disama-samakan. Kalian,kamu dan Baek Seung Jo, sama-sama menyebalkan, karena teganya membuat seorang gadisdengan perasaan alamaih bernama suka, perasaan pertamanya menjadi super duper galau! Hanya itu, persamaan diantara kalian, tak lebih, cukup.

:: [ Helai 4 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “   
                  
Helai keempat – Si bodoh memungut sebongkah pergolakan bathin berlabel GALAU dalam perjalanan semu nya yang membodohkan.


Si bodoh merindukanmu, dia merindukanmu, merindukanmu. Itu yang di gumamkan si bodoh setiap hari. Rindu, rindu, rindu. Selalu sebuah kata itu yang digumakannya saat bangun dari tidur lelah nya hingga kembali terlelap dalam tubuh lelah nya pula. Lelah, itu benar sekali. Si bodoh mulai lelah, juga takut, karena ia masih sendiri, masih saja tak ada yang temani, sendiri, sepi, disini. Tapi, bolehkah ia merindumu?

Tak hanya tubuhnya yang dijangkiti rasa lelah, kamu tahu? Si bodoh tak kalah sibuk dari kamu, tapi, ada satu hal lain yang membuatnya tak ada kesempatan untuk beristirahat barang hanya sebentar saja, hal lain yang sayang nya tak kamu juga lakukan, kamu tahu apa itu? Uhm, seharusnya si bodoh tak mengajukan pertanyaan ini, oh bukan, seharusnya si bodoh tak perlu melontarkan pertanyaan demi pertanyaan bodoh yang terkesan aneh bagimu. Tapi, bolehkah ia merindumu?

:: [ Helai 3 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “



“ Sepucuk surat dari si bodoh “ 
                    
Helai ketiga – Si bodoh seolah tengah melahap rakus 1 roti keju, 1 donat keju, dan 1 kue keju. Enak, walau memang asin, asin, dan asin. Tapi ia tetap menyantapnya lahap, karena ia suka keju.  
      

Si bodoh masih mengingat dengan amat jelas saat dia dan kamu terakhir berjumpa. Pada 4 Juli 2011, berseragam ptuih-abuabu, di sekolah. Waktu itu, ketika bersama, sekali lagi, bersama, bukan berdua. Kerja ‘part-time’, yah, kira-kira begitulah. Hm, si bodoh tentu tak dapat menceritakan semua secara amat gamblang di media ini. Tak seperti halnya jika si bodoh menceritakan kisahnya memakan beberapa buah roti keju kesukaannya, ia akan lebih leluasa dan bebas merangkai kata. Uhm, cukup lah hanya si bodoh dan kamu yang tahu. Ah, itupun jika kamu masih ingat.

Hari demi hari berlalu, kamu tahu? Ah, kamu pasti taktahu entah telah berapa hari tak saling jumpa sejak hari itu? Ah, tentu, itu wajar, bukan? Iya, wajar untukmu, dan wajar pula untuk si bodoh. Mengapa? Tentu saja, karena si bodoh dan kamu diresapi perasaan yang berbeda. Seperti roti keju dan roti cokelat, tidak sama, bukan? Tidak sama, itu berbeda. Beda.

:: [ Helai 2 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “


“ Sepucuk surat dari si bodoh “
                                                      
Helai kedua – Si bodoh terus memakan tomat merah yang sangat di benci nya, tomat merah yang entah mengapa tak cocok diperutnya, dan ternyata tak hanya kepala dan hatinya yang bodoh, perutnya pun bodoh. Tomat, bukan jeruk.


Sebagaimana hal nya ketika si bodoh memakan tomat merah yang ia benci bukan lantaran tomat itu telah menjahatinya, bukan karena telah berlaku kejam pada perutnya, namun, si bodoh yang lagi dan lagi kembali tak tahu, tomat itu tak cocok di dalam perutnya, mengaduk-aduk perutnya, hingga membuatnya nyeri. Mengapa ia bisa seperti itu? Hingga kini pun si bodoh masih tak tahu. Paman dokter hanya berkata, dengan sederhana, tomat itu tak cocok di perutmu, hentikan mengkomsumsinya jika itu terasa menggangu, bahkan menyiksa.

:: [ Helai 1 ] “ Sepucuk surat dari si bodoh “




“ Sepucuk surat dari si bodoh “ 
                    
Helai pertama – Si bodoh dan kebodohannya yang membodohi dia hingga kian bodoh karena ia terlalu bodoh untuk tidak tetap menjadi si bodoh.



Bodoh.

Terlalu bodoh dan lamban menyadari rasa itu menyelip sesak di hatinya. Entah sejak kapan dan mengapa, bahkan hingga kini pun ia tak tahu. Mengapa orang itu adalah kamu? Mengapa dan apa yang membuat nya menjadi seperti orang yang amat bodoh? Ah, dia tak tahu. Tentu, karena sejak awal dia memang bodoh, namanya si bodoh.

Visitors

Thanks for visiting!

free counters

Followers

World Visiting