February 20, 2012

:: [LIMA] " Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam "



Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam.

La la la la la la ~

Lama tak jumpa, kamu yang disana, apa kabar nya, sedang apa dan dimana, bersama siapa, sendiri saja, atau bersama mereka, ingin sekali rasanya kembali bersua, terkenang saat berbagi canda, tawa, bahkan airmata, ketika perpisahan itu tiba, sungguh tak terkira, betapa hati begitu lantang menyeru sebuah nama, nama yang nyaris tak ada berita, hingga detik terakhir di jam dinding merah muda, hati yang nyinyir bertanya, pertanyaan yang itu-itu saja, semua tentang kamu yang tak jua datang dan bawa rasa, rasa yang diharap kan damaikan gemuruh di jiwa, merana, menanti kamu kembali dan segera ungkapkan suka, atau bahkan telah berevolusi mnejadi sekeping cinta, untuk kita, berdua, bersama, selamanya, hingga hanya maut yang akan menjadi pemisah cinta kita, ah, sepertinya ini terlalu melenceng jauh dari logika, ini gila, tipis kemungkinan kan jadi nyata, tak hanya jadi bait senandung semata, senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam, takut hanya sebuah nostalgia tentang kita, ketika SMA.


:: [EMPAT] " Sederet kata dalam depotong senja "



Si sepotong senja malang, sederet kata tak tertuang.

Dan, kamu yang hilang.

Seperti senja, tidak gelap, tidak juga terang, dia remang. Melintang diapit siang dan malam yang kan segera datang bertandang, menyapa hati yang berdesir menyeru sebuah nama yang tak kunjung pulang. Menanti dan terus menanti sesuatu yang bahkan samasekali tak lagi layak diharap kan datang, membuat hati kian tak tenang, tak lapang, begitu kering kerontang. Ini lah dia, si sepotong senja malang, dengan sederet kata tak tertuang, kepada kamu yang hilang. 



:: [TIGA] " Sekeping asa diapit siang dan sore"



Terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.

Momen disela saing dan sore yang tak lama, cukup singkat walau sekedar merajut asa, terhadap kamu yang telah lebih dari sahabat semata, terhadap kamu yang disana, yang tak jua sadari tumbuhnya sebuah rasa, antara kita, berdua, sebuah rasa yang tak biasa,  mungkin memang belum fase nya menjelma atau bertmetamorfosa, menjadi lebih dari sekedar suka, belum lah menyentuh tahap berlabel cinta, tapi ini nyata, bukan rekayasa, bukan halusinasi semata, bukan bualan para pendusta, bukan pula celoteh ria, rasa itu ada, walau tak bisa diraba, tak bisa ditatap mata, tak bisa ditangkap dengar telinga, tapi itu jelas terasa, biar hati yang bicara, kepada kamu yang disana, sebuah rasa yang terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.


:: [DUA] " Sebongkah Lara di Pagi Kelabu. "



Lara dan pagi kelabu.

Semilir angin menderu, di sebuah lokal lantai 4 gedung ungu, mengambil tempat di pojok kanan depan pintu, menanti dosen yang minta ditunggu, menatap jauh ke luar jendela sembari bertopang dagu,  membisu, menghela napas dengan lesu, mata terpaku pada langit kelabu, merasuk rindu dalam kalbu, seruan sendu kepada kamu, kamu di masa lalu, ketika masih saling bertemu, terkenang akan mimik wajahmu, getar vokalmu, jemari yang lincah denga guratan guratan artistik bermutu, di sketsa biru itu, mungkin kah itu dilukis untuk dihadiahkan kepada si penunggu kamu, atau orang itu, yang sama sekali tak menunggu hadirmu, ah, ini kah sebongkah lara dan pagi kelabu, yang menyatu menjadi satu, menghasut rindu, menjadi kian menggebu, bergemuruh sendu dalam kalbu.


:: [SATU] " Di selembar fajar berembun. "



Di selembar fajar berembun.

Terjaga ketika adzan berkumandang di Mushalla Nurul Fajri, berdiri, menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah yang tahu diri, waktu pun bergulir tiada henti, kini sedang mengukir sebuah simbol hati, inisial nama milik seseorang yang pergi, dan lambang tak berhingga berkali-kali, kebiasaan jika tengah gundah dan tak cukup berani, ungkapkan sebuah arti, yang melompat-lompat gusar dalam nurani, lalu jemari hanya mampu menari, dikaca jendela kamar yang berembun ini, dikala pagi belum menyapa jiwa yang masih sepi, bahkan kadang merasa tak berarti, tanpa kamu disini, tak temani dia yang tak bisa jika tak terus menanti, dan faktanya dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.


February 18, 2012

:: FEBRUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




ekspresi bang raditya DAMN emang selalu absurd kali yaa. -__________-

FEBRUARI
Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Rabu, 01 Februari 2012.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, penuh ampas. Seperti jatuh cinta tapi tak dianggap.

  

:: JANUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




jenis ekspresi macem apaan ini, bang? -______________-

JANUARI Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Minggu, 15 Januari 2012.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum. 
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti kenangan lama yg tak sengaja mampir.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yg terlalu cepat selesai.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Nikmatnya.. :)


February 10, 2012

:: " Bunga favorit saya, WHITE DAISY. (⌒˛⌒ ) "


Ffiiuuuiuhhhh ~

*rebahan di kasur, liat ke luar jendela, ceraaaahhhh


Postingan kali ini, gue mau bahas fakta-fakta tentang gue lagi. Kali ini tentang " BUNGA ( FLOWER ) ". Jujur ye, gue ga suka sama bunga, benci engga, tapi ya biasa ajaa gitu. Mungkin brhubung nyokap demen bgt sama bunga, halaman depan rumah udah pada penuh dengan beraneka ragam bunga koleksi nyokap yg dibeli dari sana dari sini, dikasi si ini si itu, dan bla bla bla.



Lah gu? Ga ada minat seujung kukup un ngurus bunga, bedaaa ama nyokap. Tapi, karena mata udah keseringan liat bunga - bunga , dan untungnya nyokap ga salah kasi nama gue, fortunately gue ga dikasi nama Bunga. wah, kalo iya, beuh, fitnah banget nama gue. kagak ada sifat bunga di diri gue yg identik dg cewe kemayu, kaya gitu. haha
Hm, oke, langsung aja.

February 20, 2012

:: [LIMA] " Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam "



Senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam.

La la la la la la ~

Lama tak jumpa, kamu yang disana, apa kabar nya, sedang apa dan dimana, bersama siapa, sendiri saja, atau bersama mereka, ingin sekali rasanya kembali bersua, terkenang saat berbagi canda, tawa, bahkan airmata, ketika perpisahan itu tiba, sungguh tak terkira, betapa hati begitu lantang menyeru sebuah nama, nama yang nyaris tak ada berita, hingga detik terakhir di jam dinding merah muda, hati yang nyinyir bertanya, pertanyaan yang itu-itu saja, semua tentang kamu yang tak jua datang dan bawa rasa, rasa yang diharap kan damaikan gemuruh di jiwa, merana, menanti kamu kembali dan segera ungkapkan suka, atau bahkan telah berevolusi mnejadi sekeping cinta, untuk kita, berdua, bersama, selamanya, hingga hanya maut yang akan menjadi pemisah cinta kita, ah, sepertinya ini terlalu melenceng jauh dari logika, ini gila, tipis kemungkinan kan jadi nyata, tak hanya jadi bait senandung semata, senandung nostalgia sepanjang sepenggal malam, takut hanya sebuah nostalgia tentang kita, ketika SMA.


:: [EMPAT] " Sederet kata dalam depotong senja "



Si sepotong senja malang, sederet kata tak tertuang.

Dan, kamu yang hilang.

Seperti senja, tidak gelap, tidak juga terang, dia remang. Melintang diapit siang dan malam yang kan segera datang bertandang, menyapa hati yang berdesir menyeru sebuah nama yang tak kunjung pulang. Menanti dan terus menanti sesuatu yang bahkan samasekali tak lagi layak diharap kan datang, membuat hati kian tak tenang, tak lapang, begitu kering kerontang. Ini lah dia, si sepotong senja malang, dengan sederet kata tak tertuang, kepada kamu yang hilang. 



:: [TIGA] " Sekeping asa diapit siang dan sore"



Terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.

Momen disela saing dan sore yang tak lama, cukup singkat walau sekedar merajut asa, terhadap kamu yang telah lebih dari sahabat semata, terhadap kamu yang disana, yang tak jua sadari tumbuhnya sebuah rasa, antara kita, berdua, sebuah rasa yang tak biasa,  mungkin memang belum fase nya menjelma atau bertmetamorfosa, menjadi lebih dari sekedar suka, belum lah menyentuh tahap berlabel cinta, tapi ini nyata, bukan rekayasa, bukan halusinasi semata, bukan bualan para pendusta, bukan pula celoteh ria, rasa itu ada, walau tak bisa diraba, tak bisa ditatap mata, tak bisa ditangkap dengar telinga, tapi itu jelas terasa, biar hati yang bicara, kepada kamu yang disana, sebuah rasa yang terjepit diantara siang dan sore, sekeping asa.


:: [DUA] " Sebongkah Lara di Pagi Kelabu. "



Lara dan pagi kelabu.

Semilir angin menderu, di sebuah lokal lantai 4 gedung ungu, mengambil tempat di pojok kanan depan pintu, menanti dosen yang minta ditunggu, menatap jauh ke luar jendela sembari bertopang dagu,  membisu, menghela napas dengan lesu, mata terpaku pada langit kelabu, merasuk rindu dalam kalbu, seruan sendu kepada kamu, kamu di masa lalu, ketika masih saling bertemu, terkenang akan mimik wajahmu, getar vokalmu, jemari yang lincah denga guratan guratan artistik bermutu, di sketsa biru itu, mungkin kah itu dilukis untuk dihadiahkan kepada si penunggu kamu, atau orang itu, yang sama sekali tak menunggu hadirmu, ah, ini kah sebongkah lara dan pagi kelabu, yang menyatu menjadi satu, menghasut rindu, menjadi kian menggebu, bergemuruh sendu dalam kalbu.


:: [SATU] " Di selembar fajar berembun. "



Di selembar fajar berembun.

Terjaga ketika adzan berkumandang di Mushalla Nurul Fajri, berdiri, menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah yang tahu diri, waktu pun bergulir tiada henti, kini sedang mengukir sebuah simbol hati, inisial nama milik seseorang yang pergi, dan lambang tak berhingga berkali-kali, kebiasaan jika tengah gundah dan tak cukup berani, ungkapkan sebuah arti, yang melompat-lompat gusar dalam nurani, lalu jemari hanya mampu menari, dikaca jendela kamar yang berembun ini, dikala pagi belum menyapa jiwa yang masih sepi, bahkan kadang merasa tak berarti, tanpa kamu disini, tak temani dia yang tak bisa jika tak terus menanti, dan faktanya dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.


February 18, 2012

:: FEBRUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




ekspresi bang raditya DAMN emang selalu absurd kali yaa. -__________-

FEBRUARI
Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Rabu, 01 Februari 2012.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, penuh ampas. Seperti jatuh cinta tapi tak dianggap.

  

:: JANUARI – Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika




jenis ekspresi macem apaan ini, bang? -______________-

JANUARI Kumpulan Kopi Pagi Pertama Radityadika

Minggu, 15 Januari 2012.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum. 
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti kenangan lama yg tak sengaja mampir.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yg terlalu cepat selesai.
  • Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Nikmatnya.. :)


February 10, 2012

:: " Bunga favorit saya, WHITE DAISY. (⌒˛⌒ ) "


Ffiiuuuiuhhhh ~

*rebahan di kasur, liat ke luar jendela, ceraaaahhhh


Postingan kali ini, gue mau bahas fakta-fakta tentang gue lagi. Kali ini tentang " BUNGA ( FLOWER ) ". Jujur ye, gue ga suka sama bunga, benci engga, tapi ya biasa ajaa gitu. Mungkin brhubung nyokap demen bgt sama bunga, halaman depan rumah udah pada penuh dengan beraneka ragam bunga koleksi nyokap yg dibeli dari sana dari sini, dikasi si ini si itu, dan bla bla bla.



Lah gu? Ga ada minat seujung kukup un ngurus bunga, bedaaa ama nyokap. Tapi, karena mata udah keseringan liat bunga - bunga , dan untungnya nyokap ga salah kasi nama gue, fortunately gue ga dikasi nama Bunga. wah, kalo iya, beuh, fitnah banget nama gue. kagak ada sifat bunga di diri gue yg identik dg cewe kemayu, kaya gitu. haha
Hm, oke, langsung aja.

Visitors

Thanks for visiting!

free counters

Followers

World Visiting